Peningkatan Kemampuan Atensi & Interaksi Sosial
Pengertian
Peningkatan kemampuan atensi dan interaksi sosial pada anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan dalam fokus, komunikasi sosial, pengendalian impuls, serta penyesuaian diri dalam aktivitas sehari-hari. Anak mulai mampu menunjukkan kontak mata, mengikuti instruksi sederhana, menyelesaikan tugas, mengatur emosi, serta berinteraksi dengan orang lain secara lebih adaptif. ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, merupakan gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk fokus, mengendalikan impuls, dan mengatur tingkat aktivitas.
Kemajuan/Perkembangan yang Bisa Dicapai
- Anak mulai melakukan kontak mata dan merespons ketika dipanggil.
- Anak mampu mengikuti dua atau tiga instruksi sederhana secara berurutan.
- Anak mampu menunggu giliran dalam permainan atau aktivitas.
- Anak dapat duduk fokus selama beberapa menit untuk menyelesaikan tugas atau bermain (ADHD).
- Anak mulai memahami dan mengekspresikan emosi secara lebih tepat.
Peningkatan
- Aktivitas berstruktur harian
Gunakan jadwal visual untuk membantu anak memprediksi apa yang akan terjadi, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fokus. Untuk anak autisme, perlu untuk mengacak rutinitasnya sesekali. - Aktivitas fisik terarah
Untuk ADHD anak dapat mengikuti instruksi gerakan (loncat, jongkok, putar) untuk menyalurkan energi berlebih sambil melatih kontrol diri. - Latihan kontak sosial
Untuk Autisme anak bisa bermain peran, latihan bergiliran, atau simulasi percakapan sederhana dapat melatih interaksi sosial yang lebih efektif.
Sarana dan Kegiatan
Anak menunjukkan perkembangan yang positif dalam hal perhatian dan keterampilan sosial, seperti semakin mampu berkonsentrasi saat beraktivitas, mengikuti arahan, serta berinteraksi dengan lebih baik dan responsif. Ia mulai terbiasa menyelesaikan tugas-tugas sederhana, menjaga kontak mata saat berbicara, dan mengelola emosinya dalam situasi kelompok. Perkembangan ini mencerminkan peningkatan dalam kemampuan menyesuaikan diri serta membangun hubungan yang sehat di lingkungan sehari-hari.
- Playground aktif
Playground dengan permainan aktif, seperti area trampoline, seluncuran, dan ninja game, sangat cocok untuk anak dengan hambatan ADHD yang memiliki kebutuhan untuk menyalurkan energi fisik secara terstruktur dan aman. - Aktivitas berulang yang melatih konsentrasi
Kegiatan yang melibatkan pola berulang seperti merakit mainan konstruksi, meniru bentuk dengan balok, menyusun warna secara berurutan, atau bermain puzzle sederhana sangat bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi, ketekunan, dan koordinasi motorik halus anak. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya merangsang kemampuan kognitif, tetapi juga memberikan rasa keberhasilan dan ketenangan, terutama bagi anak yang membutuhkan struktur atau repetisi untuk merasa nyaman. - Workshop seni & musik ekspresif
Membebaskan anak mengekspresikan dirinya lewat menggambar, menabuh drum, atau menyanyi bisa membantu anak autis dan ADHD menyalurkan emosi dengan cara yang positif.
Tips untuk Orang Tua
1. Gunakan komunikasi yang sederhana, jelas, dan konsisten
Anak dengan autisme atau ADHD cenderung lebih mudah memahami dan merespons instruksi yang singkat, spesifik, dan langsung. Hindari penggunaan bahasa kiasan, kalimat panjang, atau perintah multitahap yang bisa membingungkan. Sebaliknya, gunakan kata-kata konkret dan ulangi jika diperlukan dengan nada yang tenang.
2. Berikan pujian langsung dan konkret atas perilaku positif
Anak, terutama yang memiliki tantangan dalam regulasi perilaku seperti ADHD atau autisme, sangat terbantu dengan pujian yang spesifik dan langsung. Hindari pujian umum seperti ‘bagus’ atau ‘pintar’ saja. Sebaliknya, sebutkan perilaku positif yang dilakukan, misalnya, “Kamu hebat sudah bisa menunggu giliran tadi ya.” Pujian konkret membantu anak memahami perilaku mana yang dihargai, memperkuat motivasi intrinsik, dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam konteks yang jelas dan membangun.
3. Buat rutinitas harian yang terstruktur dan visual
Rutinitas yang konsisten memberikan rasa aman dan prediktabilitas bagi anak, terutama mereka yang memiliki autisme, ADHD, atau kecemasan. Menyusun jadwal harian secara visual dapat membantu anak memahami urutan kegiatan, mengurangi ketidakpastian, dan meningkatkan rasa kontrol atas harinya.
4. Jangan memaksakan kontak sosial langsung
Setiap anak memiliki ritme dan kenyamanan yang berbeda dalam membangun relasi sosial, terutama anak dengan autisme, kecemasan sosial, atau gangguan perkembangan lainnya. Memaksakan mereka untuk segera berbicara, menyapa, atau bermain dengan orang lain justru dapat memicu stres atau penolakan. Biarkan anak mengamati dulu dari kejauhan, memberi waktu, ruang, dan kesempatan untuk mendekat dengan caranya sendiri.
5. Bawa anak ke tempat yang ramai
Sesekali perlu untuk membawa anak ke tempat dengan keramaian seperti mall untuk memenuhi kebutuhan eksplorasi dan sosialisasinya. Kegiatan ini juga diperlukan untuk merangsang sensorik anak seperti penglihatan dan pendengaran. Lakukan secara pelan dan bertahap sesuai kemampuan anak untuk bertahan di tempat ramai. Pulanglah ketika anak mulai merasa tidak nyaman dengan keramaian.