Gangguan Mutisme Selektif
Selective Mutism
Pengertian
Anak tidak berbicara dalam situasi sosial tertentu tetapi dapat berbicara di lingkungan lain.
Penyebab
Belum diketahui secara pasti apa penyebab seseorang mengalami mutisme selektif. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti:
- Mengalami kondisi tertentu, seperti social anxiety disorder, fobia, autisme, separation anxiety disorder, post-traumatic stress disorder (PTSD), dan lain-lain.
- Memiliki keluarga dengan riwayat kondisi serupa atau gangguan kecemasan lainnya.
- Menderita gangguan berbicara atau bahasa.
- Pengaruh lingkungan, seperti memiliki trauma masa lalu, masalah dalam keluarga, atau baru pindah domisili ke daerah yang menggunakan bahasa asing.
- Memiliki kepribadian yang sangat pemalu.
- Tidak diajak bersosialisasi sejak dini.
- Tidak ada inisiasi untuk merespon atau membalas percakapan orang lain.
- Menolak untuk aktif berbicara di sekolah
Gejala / Ciri-ciri
Banyak faktor yang memungkinkan anak mengalami kondisi seperti ini, gejalanya dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
Total or near-total inability to communicate:
- Merasa tidak mampu untuk berbicara karena rasa cemas atau takut berlebih. (malu)
- Tubuh cenderung tegang atau kaku.
- Menghindari kontak mata dengan orang lain.
- Menghindari melakukan interaksi sosial.
- Menghindari berbicara meskipun untuk hal-hal penting.
- Berperilaku mengganggu (seperti mengamuk) untuk menghindari pembicaraan.
Nonverbal communication:
- Lebih sering menggunakan gerakan untuk mengungkapkan kata-kata. Misalnya, mengangguk untuk mengatakan “iya” dan menggelengkan kepala untuk “tidak”.
- Lebih memilih berkomunikasi secara nonverbal untuk menghindari pembicaraan, seperti menunjuk sesuatu di buku atau menuliskan tanggapannya pada kertas.
Minimal or reduced communication:
- Merespons sesuatu dengan lambat.Z
- Menanggapi pembicaraan hanya dengan satu kata atau kalimat yang sangat pendek.
- Lebih sering bergumam atau berbisik.
- Mengubah intonasi suara, misalnya berbicara seperti robot.
Waktu terjadi
Mutisme selektif biasanya timbul pada anak berusia 2–5 tahun, namun sering kali tidak diketahui sampai anak masuk sekolah.
Pengobatan / Terapi
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT) Membantu mengubah pola pikir dan perilaku negatif, terutama dalam menghadapi kecemasan. Salah satu bentuknya adalah S-CAT (Social Communication Anxiety Treatment), khusus untuk anak-anak. Teknik yang digunakan antara lain:
- Duduk di samping anak, bukan di depannya.
- Menarik perhatian dengan aktivitas menyenangkan, bukan fokus penuh pada anak.
- Mengajak berpikir, bukan langsung bertanya.
- Memberi waktu anak merespons tanpa tekanan.
- Lanjutkan percakapan meski anak belum merespons secara verbal.
- Tanggapi respons verbal secara wajar, tanpa pujian berlebihan.
- Terapi Keluarga Diberikan jika masalah berkaitan dengan dinamika keluarga. Bertujuan membangun kerja sama dan pengertian di antara anggota keluarga untuk mengurangi kecemasan anak.
- Obat-obatan Jika diperlukan, dokter dapat meresepkan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) untuk membantu mengatasi kecemasan yang menyertai mutisme selektif.
Apa yang harus dilakukan Pembimbing / Orang tua?
- Identifikasi dan Intervensi Dini
- Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
- Pelatihan Keterampilan Sosial
- Pemantauan dan Dukungan Selama Masa Transisi
- Memberikan dukungan emosional
- Berkolaborasi dengan profesional kesehatan mental
Rekomendasi Wahana
Berikut adalah dua rekomendasi wahana atau permainan yang dapat membantu perkembangan anak:
- Edu Animal Park
Memberi makan hewan, membuatnya berinteraksi tanpa perlu berbicara. Lingkungan alami dan tenang ini membantu menurunkan kecemasan dan menjadi awal yang baik untuk membangun rasa aman dan nyaman dalam situasi sosial.
- Bermain Peran Profesi
Setiap profesi membutuhkan kerjasama antar kelompok dan koordinasi antar sesama anak, sehingga akan melatih kemampuan bekerjasama dan meningkatkan kepercayaan diri anak. Proses ini melatih interaksi sosial secara non-verbal.

💡 Alasan Pemilihan Aktivitas
Anak dapat berpartisipasi secara aktif tanpa tekanan untuk berbicara, menciptakan ruang yang aman dan mendukung. Interaksi non-verbal seperti memberi makan hewan atau bekerjasama dalam kelompok menjadi langkah awal yang penting untuk menumbuhkan rasa percaya diri.