Developmental Coordination Disorder / Dyspraxia
Pengertian
Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi motorik menyebabkan anak terlihat canggung atau kikuk dalam melakukan gerakan sehari-hari.
Penyebab
Sampai saat ini, penyebab dyspraxia masih belum dapat dipastikan. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat gangguan perkembangan sistem saraf di otak. Hal tersebut dapat mengganggu aliran sinyal saraf dari otak ke anggota tubuh. Namun ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko anak mengalami dyspraxia, yaitu:
- Terlahir prematur
- Terlahir dengan berat badan rendah (BBLR)
- Memiliki keluarga dengan riwayat dyspraxia atau gangguan koordinasi gerak tubuh
- Terlahir dari ibu yang merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau menggunakan narkoba selama hamil
Gejala / Ciri-ciri
Secara umum, gejala dyspraxia yang bisa terlihat pada anak-anak adalah:
- Lambat dan tidak akurat (motor skills)
- Susah berkonsentrasi, mengikuti perintah, dan mengingat informasi
- Tidak bisa mengontrol perilaku diri sendiri
- Sulit menyelesaikan tugas
- Sulit mempelajari informasi baru
- Sulit atau lamban untuk berpakaian atau mengikat tali sepatu
- Sering terjatuh
- Sulit mempertahankan keseimbangan
- Sulit atau takut melompat
- Sulit atau takut memanjat
- Gangguan fungsi intelektual dan adaptif (Intellectual Disability)
- Sulit membaca gerakan, arah, atau benda - benda permainan (Visual Impairment)
- Sulit mengira - ngira gerakan teman dan dirinya sendiri saat bermain
Waktu terjadi
Gejala dyspraxia umumnya sudah muncul sejak usia dini, tetapi sering terlambat disadari. Biasanya, dyspraxia baru terdeteksi atau terlihat dengan jelas saat anak menginjak usia 5 tahun atau lebih.
- Persentase 5 - 6 % terjadi pada usia 5 - 11 tahun
- 1.8 % terjadi saat usia 7 tahun
Lebih rentan terjadi pada jenis kelamin laki - laki dengan perbandingan
| Jenis Kelamin | Perbandingan |
|---|---|
| Laki-laki : Perempuan | 2 : 1 |
| Laki-laki : Perempuan (kondisi tertentu) | 7 : 1 |
Pengobatan / Terapi
Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang bisa menyembuhkan dyspraxia. Pada penderita dyspraxia bergejala ringan, gangguan ini bisa membaik seiring pertambahan usia. Selain itu, ada beberapa terapi yang bisa diberikan oleh dokter untuk membantu penderita dyspraxia, yaitu:
- Terapi okupasi, untuk mengajarkan pasien cara-cara praktis dalam melakukan rutinitas sehari-hari
- Fisioterapi atau terapi fisik, untuk meningkatkan kemampuan motorik
- Cognitive behavioural therapy (CBT), untuk mengubah pola pikir pasien terhadap keterbatasannya sehingga perilaku dan perasaan pasien menjadi lebih baik
Apa yang harus dilakukan Pembimbing / Orang tua?
- Memberikan dukungan penuh
- Rutin memberikan stimulasi motorik dengan berbagai aktivitas
- Memberikan pengertian terhadap orang sekitar terkait kondisi anak guna mencegah stigma buruk pada anak
- Konsultasi dan meminta bantuan tenaga ahli
Rekomendasi Wahana
Berikut adalah dua rekomendasi wahana atau permainan yang dapat membantu perkembangan anak:
- Playground
Bermain di trampoline, berjalan di balok keseimbangan, atau memanjat tali merupakan aktivitas yang membantu meningkatkan koordinasi tangan-kaki, keseimbangan, dan kesadaran tubuh.
- GoKart
Mengemudi GoKart memerlukan koordinasi antara mata, tangan, dan kaki secara bersamaan. Anak dilatih untuk memahami ruang gerak, mengatur kecepatan, serta mengarahkan kendaraan dengan kontrol yang baik.
💡 Alasan Pemilihan Aktivitas
Aktivitas dirancang untuk meningkatkan koordinasi dengan cara menyenangkan dan berulang, tanpa tekanan kompetitif.
Dengan pengulangan yang konsisten dalam suasana yang suportif, anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kontrol gerak, orientasi ruang, dan kepercayaan diri.